Menjawab ketertarikan Inggris terkait pengelolaan sampah, Luthfi menjelaskan bahwa produksi sampah di Jateng bervariasi, mulai dari 100 ton per hari di kabupaten hingga 1.000 ton per hari di kota besar seperti Semarang dan Solo.
Untuk wilayah dengan produksi 100–200 ton per hari, sistem Refuse Derived Fuel (RDF) bisa diterapkan. Namun, wilayah dengan volume besar memerlukan pendekatan berbeda.
“Nah nanti dikelola, ditentukan oleh Satgas. Investor juga. Apakah misal tiga daerah dijadikan satu atau bersifat mandiri kewilayahan,” jelas Luthfi.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin, menambahkan bahwa pihaknya mendorong kerja sama di sektor kesehatan.
“Saat ini Pemprov Jateng sedang mendekatkan layanan kesehatan di desa-desa. Jadi butuh dokter-dokter spesialis,” kata Taj Yasin.
Pertemuan tersebut menjadi momentum penting bagi penguatan hubungan bilateral antara Jawa Tengah dan Inggris di berbagai sektor strategis. **
Artikel Terkait
Gubernur Luthfi Undang 9 Dubes ke CJIBF 2025, Siap Tawarkan Investasi Hijau di Jawa Tengah