Kondisi tersebut makin diperburuk oleh pembangunan permukiman ilegal yang terus meluas hingga kini.
Konflik Hamas-Israel di Tahun 1980
Hamas kemudian lahir pada akhir 1980-an sebagai respons terhadap pendudukan Israel.
Kelompok ini disebut muncul dari rahim penderitaan rakyat Gaza yang selama puluhan tahun hidup dalam blokade dan represi.
Bagi banyak warga Palestina, Hamas dipandang sebagai perlawanan, meski strategi militernya menuai kecaman internasional.
Ketegangan semakin memuncak setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel.
Peristiwa itu dijadikan alasan Israel untuk melancarkan serangan masif ke Gaza. Namun, ofensif itu menimbulkan korban sipil yang jauh lebih besar.
2025: Renggut 64 Ribu Sipil, Warga Gaza Kelaparan
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza pada tahun 2025, lebih dari 64.000 warga Palestina telah terbunuh, mayoritas perempuan dan anak-anak.
PBB bahkan menyebut kelaparan sudah melanda Gaza, dengan jutaan penduduk terpaksa mengungsi.
Terkait hal itu, resolusi terbaru PBB menyatakan dengan tegas mengenai blokade hingga serangan brutal Israel telah menciptakan “bencana kemanusiaan” yang mencemaskan dunia.
Dokumen itu juga menyerukan pembentukan misi internasional untuk melindungi warga sipil dan memantau proses perdamaian.
Sejarah panjang konflik Israel-Palestina sejak 1947 hingga hari ini memperlihatkan akar konflik tidak bisa dilepaskan dari ketidakadilan awal pembagian wilayah.
Pada akhirnya, Resolusi PBB terbaru kini dinilai sebagai publik internasional sebagai sinyal pengakuan Palestina sebagai negara merdeka, akan segera menjadi kenyataan.***
Artikel Terkait
Ikuti Jejak Prancis-Inggris, Kanada Bakal Akui Kedaulatan Negara Palestina di Sidang PBB