Minggu, 21 Desember 2025

Analisis Pola Aksi Gen Z dari Peru hingga Filipina: Janjian Lewat Medsos, Kumpul di Jalanan Kota

Photo Author
- Senin, 22 September 2025 | 23:00 WIB
Menyoroti pola aksi demonstrasi di Nepal hingga Peru yang diinisiasi oleh para generasi Z atau Gen Z. (Unsplash.com/@Ehimetalor)
Menyoroti pola aksi demonstrasi di Nepal hingga Peru yang diinisiasi oleh para generasi Z atau Gen Z. (Unsplash.com/@Ehimetalor)

JAKARTA, suararembang.com - Gelombang protes generasi muda atau kini disebut juga Gen Z kian menyalakan narasi tentang aksi demonstrasi di berbagai negara, dari Nepal hingga kini terjadi di Peru.

Linimasa media sosial (medsos) per tanggal 22 September 2025, terlihat banyaknya Gen Z turun ke jalan, bersuara lantang melawan korupsi dan kebijakan yang dianggap menindas di negaranya.

Baca Juga: Lahir Tuntutan 17 Plus 8 usai Aksi Demo Agustus 2025, Tom Lembong Analogikan Jadi Sebutir Beras untuk sang Raja

Berdasarkan laporan AFP, senjata mereka sebenarnya bukan hanya spanduk dan megafon, melainkan justru lewat medsos yang anggap mampu menggerakkan ribuan orang dalam hitungan jam.

"Cara unik yang dilakukan Gen Z memanfaatkan media sosial itu salah satunya sebagai alat mobilisasi," demikian laporan AFP yang dikutip pada Senin, 22 September 2025.

Terdapat pola aksi demonstrasi yang dinilai terus berulang dari berbagai aksi demonstrasi tersebut. Berikut ulasan selengkapnya.

Baca Juga: Ironi Ketimpangan di Balik Kekacauan Demo Nepal, 10 Persen Orang Kaya Berpenghasilan 3x Lipat Warga Miskin

Peru: Dari Timeline ke Jalanan

Di Kota Lima, Peru, terdapat aksi protes para Gen Z yang pecah pada Minggu, 21 September 2025.

Diketahui, ratusan warga, mayoritas generasi muda, turun ke jalan menolak praktik korupsi, kejahatan geng, dan aturan baru dana pensiun di negaranya.

Diketahui, awalnya mereka terkumpul lewat seruan digital, aksi itu berubah ricuh setelah polisi menembakkan gas air mata. Sedikitnya 18 orang terluka, sementara jumlah penangkapan masih belum diumumkan.

Seorang pelajar 18 tahun di Peru, Jonatan Esquen menyebut gerakan ini sebagai kebangkitan anak muda.

“Karena orang-orang akhirnya menyadari kamu muda aktif di media sosial dan arena politik,” ujar Esquen kepada AFP.

Suara Kekecewaan di Peru

Di sisi lain, banyak peserta aksi merasa jenuh dengan sistem politik di negaranya, Peru.

Xiomi Aguilar sebagai salah seorang warga Peru, mengaku secara terang-terangan menyebut partai politik sebagai mafia.

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jadwal Bioskop Pati Hari Ini, Minggu 21 Desember 2025

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:02 WIB
X