suararembang.com - Setelah 15 bulan konflik intensif, Israel dan Hamas telah menyetujui gencatan senjata yang akan dimulai pada 19 Januari 2025.
Kesepakatan ini dicapai melalui mediasi intensif oleh Qatar, dengan tujuan utama mengakhiri pertumpahan darah dan mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza.
Rincian Kesepakatan
Gencatan senjata ini direncanakan berlangsung dalam beberapa tahap:
Tahap Pertama (6 Minggu)
Dimulai dengan penghentian permusuhan selama enam minggu. Selama periode ini, Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk wanita, anak-anak, dan pria lanjut usia.
Sebagai imbalannya, Israel akan melepaskan sejumlah tahanan Palestina. Selain itu, pasukan Israel akan secara bertahap ditarik dari Gaza, sementara akses ke wilayah utara Gaza akan dibuka kembali untuk penduduk yang mengungsi.
Tahap Kedua
Fokus pada distribusi bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi infrastruktur vital di Gaza. Bantuan ini sangat penting mengingat kerusakan luas yang dialami wilayah tersebut selama konflik.
Tahap Ketiga
Bertujuan mencapai gencatan senjata permanen dan membahas masa depan pemerintahan Gaza. Opsi yang dipertimbangkan termasuk pembentukan pemerintahan sementara dengan pengawasan internasional oleh Mesir, Qatar, dan PBB.
Reaksi Internasional
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengklaim bahwa pemerintahannya memainkan peran penting dalam tercapainya kesepakatan ini.
Dia menekankan komitmennya terhadap keselamatan sandera Amerika dan Israel. Sementara itu, pemerintahan Presiden Joe Biden juga menyatakan dukungannya terhadap kesepakatan tersebut, menyerukan pengiriman bantuan kemanusiaan yang signifikan ke Gaza.
Situasi di Lapangan
Di Gaza, berita tentang gencatan senjata disambut dengan sorak-sorai dan perayaan.
Warga yang telah lama menderita akibat konflik berharap kesepakatan ini akan membawa perdamaian dan stabilitas yang sangat dibutuhkan.