YOGYAKARTA, suararembang.com - Hamzah Sulaiman, sosok di balik kesuksesan Mirota Batik dan The House of Raminten, adalah generasi kedua dari keluarga pendiri Grup Mirota.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, ia mewarisi semangat wirausaha dari orang tuanya, Hendro Sutikno (Tan Kiem Tik) dan Tini Yuniati (Nyoo Tien Nio), yang memulai usaha dari warung kecil di Yogyakarta.
Setelah menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sanata Dharma, Hamzah sempat bekerja di kapal pesiar dan di Amerika Serikat selama tiga tahun.
Baca Juga: Mengenang Raminten: Kisah Hamzah Sulaiman dan Warisan Budaya Kuliner Yogyakarta
Namun, ketika ayahnya sakit, ia kembali ke Indonesia dan bersama saudara-saudaranya mengembangkan bisnis keluarga, termasuk membuka Mirota Batik di Jalan Malioboro yang kini dikenal sebagai Hamzah Batik.
Pada 2 Mei 2004, Mirota Batik mengalami kebakaran hebat yang menghanguskan seluruh bangunan. Namun, dengan semangat pantang menyerah, Hamzah berhasil membangun kembali toko tersebut dalam waktu setahun, menjadikannya lebih megah dan menyerupai mal empat lantai.
Setelah pensiun dari bisnis batik, Hamzah mendirikan The House of Raminten pada 26 Desember 2008 di kompleks rumahnya di Kotabaru, Yogyakarta. Restoran ini mengusung konsep budaya Jawa dan menjadi salah satu destinasi kuliner populer di kota tersebut.
Baca Juga: Kepergian Hamzah Sulaiman: Sosok di Balik House of Raminten yang Menghidupkan Budaya Yogyakarta
Hamzah dikenal sebagai pemimpin yang memperlakukan karyawan seperti keluarga sendiri. Ia memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memiliki saham di perusahaannya dan membangun kompleks perumahan bagi mereka. Pendekatan ini menciptakan hubungan yang erat antara Hamzah dan karyawannya, serta meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan.
Kini, Hamzah telah menyerahkan pengelolaan bisnisnya kepada anak angkatnya, Bagus Dwi Setiawan, namun semangat dan nilai-nilai yang ia tanamkan tetap menjadi fondasi kuat bagi keberlanjutan usaha keluarga ini.**