suararembang.com - Bukalapak, salah satu pionir e-commerce di Indonesia, secara resmi mengumumkan penghentian layanan marketplace untuk produk fisik pada Januari 2025.
Keputusan ini menjadi langkah besar dalam sejarah perusahaan yang kini berusia lebih dari satu dekade. Lantas, apa alasan di balik keputusan ini?
1. Tekanan Persaingan Pasar
Persaingan yang semakin ketat di sektor e-commerce Indonesia menjadi salah satu penyebab utama.
Baca Juga: Khawatir Keamanan Nasional, TikTok Hadapi Ancaman Larangan di Amerika Serikat
Dengan pemain besar seperti Shopee dan Tokopedia yang terus mendominasi pasar, Bukalapak menghadapi tantangan berat untuk tetap kompetitif.
Tokopedia, yang kini dimiliki mayoritas oleh ByteDance, serta Shopee di bawah Sea Group, telah memperkenalkan strategi pemasaran agresif yang menekan margin keuntungan para pesaingnya.
Menurut laporan Reuters, Bukalapak juga mengalami tekanan keuangan yang signifikan. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, perusahaan mencatat kerugian hingga Rp593,23 miliar (sekitar $36,62 juta).
Baca Juga: Pengumuman! Usia Pensiun Pekerja di Indonesia Jadi 59 Tahun
Hal ini menunjukkan bahwa model bisnis marketplace produk fisik semakin sulit memberikan keuntungan berkelanjutan.
2. Fokus pada Produk Virtual
Bukalapak memilih untuk mengalihkan fokus ke layanan yang lebih menguntungkan, yaitu penjualan produk virtual seperti pulsa, token listrik, dan pembayaran tagihan.
Segmen ini dianggap lebih stabil dan memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar di pasar digital Indonesia.
Dalam pernyataan resminya, Bukalapak menjelaskan bahwa langkah ini memungkinkan mereka untuk lebih efisien dalam alokasi sumber daya dan menciptakan nilai lebih bagi pengguna.