Minggu, 21 Desember 2025

Kemendagri Soroti Anomali Harga Beras Makin Mahal di Tengah Gencarnya Program Penyaluran SPHP Bulog ke Pasar

Photo Author
- Selasa, 19 Agustus 2025 | 20:15 WIB
Ilustrasi pendistribusian beras SPHP ke pasar dan ritel modern untuk masyarakat. (X.com/PerumBULOG)
Ilustrasi pendistribusian beras SPHP ke pasar dan ritel modern untuk masyarakat. (X.com/PerumBULOG)

JAKARTA, suararembang.com - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyoroti anomali atau kelainan harga beras yang semakin mahal di pasaran, meski pemerintah sedang menjalankan program penyaluran beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) oleh Perum Bulog.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri, Tomsi Tohir mengatakan pemerintah sudah berpengalaman menjalankan program SPHP sejak 2022.

Baca Juga: Prabowo Soroti Kasus Beras Oplosan: Menikam Rakyat, Negara Rugi Rp100 Triliun per Tahun

Namun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, program kali ini belum mampu menekan harga beras.

“Sejak 2022 sampai 2025, kita sudah terbiasa menyalurkan SPHP. Tapi baru tahun ini, meski sebulan dijalankan, harga tetap naik,” ujar Tomsi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2025 yang ditayangkan melalui YouTube Kemendagri, pada Selasa, 19 Agustus 2025.

Menurut Tomsi, tahun-tahun sebelumnya operasi pasar Bulog hanya butuh dua pekan untuk menurunkan harga beras.

Baca Juga: Taj Yasin Tegas Larang Beras Oplosan, Pemprov Jateng Siap Turun Tangan

Namun, kondisi sekarang berbeda karena harga tetap merangkak meski SPHP sudah digulirkan selama sebulan penuh.

“Tahun lalu dua minggu saja harga langsung turun. Sekarang sudah sebulan jalan, bukannya turun malah naik,” tegas Tomsi.

Sekjen Kemendagri lalu meminta pemerintah daerah (pemda) segera memperluas penyaluran beras SPHP agar dampaknya bisa dirasakan masyarakat dan harga kembali terkendali.

Program SPHP 2025 dijadwalkan berlangsung mulai Juli hingga Desember dengan total pagu penyaluran sebesar 1,3 juta ton.

Berdasarkan hitungan Kemendagri, setidaknya dibutuhkan distribusi 216 ribu ton per bulan atau sekitar 7.100 ton per hari.

Kendati demikian, data Perum Bulog menunjukkan realisasi penyaluran hingga saat ini baru mencapai 38.811 ton. Angka tersebut baru 2,94 persen dari target yang ditetapkan.

Dari jumlah itu, penyaluran terbesar disalurkan ke pengecer di pasar rakyat dengan volume 13.528 ton atau sekitar 34,86 persen.

Halaman:

Editor: Achmad S

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X