REMBANG, suararembang.com - Pada umumnya, vampir hanya hidup di cerita fiksi. Namun, seorang ekonom asal Amerika-Jerman bernama Dennis Snower pernah memanfaatkannya sebagai cara unik untuk membahas kebijakan ekonomi makro.
Lewat tulisannya di tahun 1982, Snower memperkenalkan istilah “vampir ekonomi” dalam buku berjudul “Macroeconomic Policy and the Optimal Destruction of Vampires” atau dalam bahasa Indonesia berarti: Kebijakan Makroekonomi dan Penghancuran Vampir yang Optimal.
Snower menulis karya tersebut sebagai tanggapan atas penelitian Richard Hartl dan Alexander Mehlmann, untuk menjelaskan bagaimana masyarakat sebaiknya mengalokasikan sumber daya demi menjaga kesejahteraan sosial.
Keduanya menggambarkan hubungan vampir dan manusia dengan model predator dan mangsa dalam teori ekonomi. Menurut mereka, keseimbangan populasi bisa menjaga keberlangsungan dua pihak.
“Seseorang pasti bertanya-tanya, kepentingan apa yang membuat penulis ingin membantu vampir menyelesaikan masalah konsumsi jangka panjang mereka,” tulis Snower dalam bukunya.
Dalam bukunya, disebutkan Hartl dan Mehlmann berpendapat, jika vampir memangsa manusia terlalu banyak, maka mereka justru akan kehilangan sumber makanan dan bisa musnah dengan sendirinya.
Meski begitu, Snower menilai pembahasan semacam ini tidak cukup untuk menjelaskan tantangan nyata bagi manusia atau dalam konteks ini berarti masyarakat dalam suatu negara.
Lantas, apakah semua sumber daya harus difokuskan untuk memusnahkan vampir, atau sebagian lebih baik dipakai untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan? Begini kata Dennis Snower.
Meningkatkan Kesejahteraan Bersama
Dalam bukunya, Snower menilai, yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat merespons untuk melawan para 'vampir'.
“Masyarakat sebenarnya bisa mengarahkan tenaga kerja untuk membuat barang-barang yang meningkatkan kesejahteraan, atau memproduksi pasak kayu untuk melawan vampir,” jelas Snower.
Ia menekankan, kebijakan makroekonomi pada dasarnya adalah soal memilih prioritas.
Dalam analisisnya, Snower melahirkan dua teori. Pertama adalah Teorema Kemustahilan Vampir. Teori ini menyebut manusia harus selalu menjaga tingkat minimum produksi pasak agar bisa bertahan hidup. Tanpa itu, ancaman vampir bisa menghancurkan masyarakat.
Yang kedua, disebut Teorema Netralitas Vampir. Snower menyebut, kesejahteraan manusia lebih terjamin jika vampir tidak dimusnahkan sama sekali, melainkan dibiarkan ada dalam jumlah kecil.
Artikel Terkait
BI Targetkan Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen di 2025, Ekspor-Investasi Jadi Mesin Utama