Minggu, 21 Desember 2025

Soal Menkeu Purbaya Bicara Pemutihan Produsen Gelap, Ada Risiko Baru yang Bayangi Pasar Hasil Tembakau

Photo Author
- Jumat, 10 Oktober 2025 | 19:00 WIB
Menyoroti pandangan influencer, dr. Indrawan Nugroho terkait perkembangan industri tembakau di Indonesia. (Unsplash.com/@Katmed)
Menyoroti pandangan influencer, dr. Indrawan Nugroho terkait perkembangan industri tembakau di Indonesia. (Unsplash.com/@Katmed)

Dari jumlah tersebut, pos hasil tembakau masih menjadi penyumbang terbesar dalam struktur penerimaan cukai nasional.

Berkaca dari hal itu, pasar hasil tembakau dalam negeri kini dinilai sedang bergerak dalam pusaran yang tak mudah dikendalikan.

Fenomena itu dituturkan pengamat bisnis sekaligus influencer, Dr. Indrawan Nugroho yang menilai, dinamika industri ini berkembang terlalu cepat dan cenderung tak seimbang. Begini katanya.

Industri Legal yang Kian Terdesak

Melalui unggahan YouTube pribadinya yang dipublikasikan pada Rabu, 2 Oktober 2025, dr. Indrawan Nugroho mengungkap dampak nyata terkait harga produk hasil tembakau yang kian melonjak tajam.

Indrawan menyebut, hal itu membuat rata-rata kenaikan cukai bisa mencapai 67,5 persen dalam lima tahun terakhir.

“Dampaknya jelas, harga produk melonjak, sementara daya beli masyarakat stagnan bahkan menurun," terangnya.

"Di tengah kondisi itu, peredaran barang tanpa cukai yang jauh lebih murah justru merajalela,” sebut Indrawan.

Influencer itu bahkan menuturkan, tekanan terhadap industri legal tak hanya datang dari kebijakan fiskal, tetapi juga perubahan perilaku konsumen.

Indrawan mengatakan, kesadaran kesehatan publik pun kian meningkat, dan produk hasil tembakau perlahan kehilangan daya tarik lamanya.

“Dulu menjadi simbol pergaulan dan gaya hidup, sekarang berubah konotasinya,” imbuhnya.

Jalan yang Tak Secerah Masa Lalu

Indrawan juga menukil data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menunjukkan penurunan signifikan dalam konsumsi tembakau

"Dari satu banding tiga orang dewasa pada tahun 2000, menjadi satu banding lima pada 2022," ungkapnya.

Menurut Indrawan, hal ini pertanda bahwa masa depan industri hasil tembakau tidak lagi secerah masa lalu.

“Bertahan hanya dengan produk berbasis tembakau adalah strategi yang ketinggalan zaman,” klaimnya.

Kendati demikian, Indrawan menyarankan agar pelaku besar di industri ini mulai mengeksplorasi sektor lain seperti teknologi, kesehatan, atau energi terbarukan yang lebih menjanjikan secara ekonomi maupun sosial.

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X