“Mungkin saya sangat beruntung dan terima kasih kepada keluarga, saudara, dan teman-teman saya yang telah membantu dan mendukung sedikit kerja keras selama beberapa tahun menunggu dan bersabar tentang di mana dan kapan bunga ini mekar,” sambungnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Dr. Chris Thorogood.
“Terima kasih, karena melibatkan saya dalam ekspedisi Rafflesia Sumatera,” ungkapnya.
Fakta Rafflesia hasseltii: Cendawan Muka Rimau
Plantamor mencatat Rafflesia hasseltii sebagai spesies parasit dari famili Rafflesiaceae.
Bunga ini banyak ditemukan di Sumatra Barat, sebagian wilayah tengah Sumatra, dan Kalimantan Barat.
Bunga ini dikenal sebagai “Cendawan Muka Rimau” atau “Raflesia Merah Putih” karena pola kelopaknya menyerupai wajah harimau.
Spesies ini pertama dipublikasikan oleh Willem Frederik Reinier Suringar pada tahun 1879.
Rafflesia hasseltii hidup sebagai holoparasit pada inang Tetrastigma leucostaphyllum.
WWF menyebut diameter bunga mekar dapat mencapai 30-50 cm.
Bunganya sangat jarang ditemukan karena hanya mekar beberapa hari sebelum layu.
Habitatnya pun terbatas di Bukit Tigapuluh, Riau, Jambi, dan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Di Sumbar, lokasi mekar bunga ini sangat terpencil sehingga perlu izin khusus untuk memasukinya.
Satu dari 14 Spesies Rafflesia di Indonesia
Dari 25 spesies Rafflesia di dunia, 14 ditemukan di Indonesia dan 11 berada di Sumatra.
Namun, banyak spesiesnya kini terancam hilang.
Community for the Conservation and Research of Rafflesia (CCRR) menyebut sekitar 60 persen spesies Rafflesia berada dalam kondisi terancam dan mendekati kritis.
Sebanyak 67 persen habitatnya berada di luar kawasan lindung, sehingga rentan tekanan manusia.
Rafflesia hasseltii kini dilindungi oleh PP No. 7 Tahun 1999 dan berstatus genting (endangered) dalam daftar IUCN.
***
Artikel Terkait
Menteri LH Tegaskan Tambang PT GAG Nikel di Raja Ampat Sesuai Aturan Lingkungan