Bencana terjadi sejak akhir November 2025.
Sungai Anggoli dan Sungai Garoga menjadi fokus pencarian korban.
Arus deras menyeret material longsoran dan kayu besar.
FAJI, KPA Forester, dan Basarnas telah beberapa hari berada di lokasi.
Mereka membantu evakuasi dan operasi pencarian korban bencana.
Ketua DPW Sarekat Hijau Indonesia Sumatera Utara menilai temuan ini mengkhawatirkan.
Ia menyebutnya sebagai sinyal kerusakan ekosistem hutan.
“Kematian orangutan ini mengindikasikan kerusakan tutupan hutan yang cukup massif. Kami khawatir masih ada individu lain yang ikut menjadi korban bencana ekologis,” ujarnya.
Orangutan Tapanuli adalah spesies orangutan paling langka di dunia.
Satwa ini hanya hidup di Sumatera Utara, khususnya kawasan Batang Toru.
Temuan ini kembali menegaskan pentingnya perlindungan lingkungan.
Bencana alam dan kerusakan ekosistem kini saling berkaitan.
***