Pernyataan itu terasa relevan dengan tragedi Timothy, di mana tekanan sosial dan ejekan dianggap sepele, namun berdampak fatal bagi korban.
Pentingnya Ketahanan Moral dan Empati
Pemikiran Matthew Sharpe dalam Stoicism, Bullying, and Beyond (2022) menegaskan, penindakan hukum saja tak cukup.
“Jika hukum menegakkan keadilan dari luar, Stoisisme memberi kekuatan dari dalam,” tulisnya.
Kasus Timothy menjadi cermin bahwa pemberantasan bullying harus disertai pembinaan empati, ketahanan moral, dan dukungan psikologis. Kampus bukan hanya tempat belajar akademik, tetapi juga ruang pembentukan karakter.
Pada akhirnya, tragedi ini bukan sekadar kisah duka seorang mahasiswa, melainkan peringatan keras bagi dunia pendidikan: bullying bukan masalah kecil—ia adalah luka sosial yang bisa merenggut masa depan.
***