“Ini sekaligus menjadi tantangan bagi kita semua untuk membuat target kinerja yang lebih spesifik,” kata Fransiskus.
Rencana Strategis untuk Pengelolaan Wisata
FGD ini menghadirkan narasumber seperti Fadjar Hutomo, Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Manajemen Krisis, dan Benarivo Triadi Putra dari Atourin, yang mengusulkan pendekatan digital dan pelibatan komunitas lokal dalam penguatan tata kelola pengunjung.
Plt Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono, dalam penutupan FGD, memaparkan beberapa poin penting hasil diskusi, antara lain:
- Penyusunan panduan “do's and don'ts” di kawasan wisata.
- Pengembangan kawasan otoritatif Parapuar, termasuk pembangunan jalan, listrik, dan air bersih.
- Rencana pertunjukan budaya khas Manggarai di Parapuar untuk meningkatkan daya tarik wisata darat.
- Mendorong porsi 60% wisata darat dan 40% wisata bahari demi pemerataan destinasi.
Menuju Labuan Bajo yang Berkelanjutan dan Premium
Kegiatan ini memperlihatkan sinergi nyata antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para pelaku pariwisata dalam memperkuat Labuan Bajo sebagai destinasi berkelas dunia yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan tata kelola pengunjung yang tepat, Labuan Bajo diharapkan dapat terus berkembang tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan dan budaya lokal.
Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam mewujudkan visi ini.**
Artikel Terkait
Inilah Daftar 15 Desa Wisata Nusantara 2025, Punjulharjo Rembang Ikut Masuk!