Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, Endi Faiz Effendi, mengungkapkan bahwa produksi garam rakyat di tahun 2024 mencapai 536.612 ton.
Luas lahan yang digunakan mencapai 8.267 hektare, dan melibatkan lebih dari 6.400 petani garam di sembilan kabupaten penghasil.
Daerah sentra garam tersebut mencakup Brebes, Demak, Jepara, Pati, Rembang, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Grobogan.
Namun, sebagian besar produksi garam rakyat belum memenuhi standar kualitas industri karena masih mengandalkan teknologi tradisional dan sangat tergantung cuaca.
Padahal, kebutuhan garam di Jawa Tengah pada 2024 tercatat mencapai 119.400 ton. Dari jumlah itu, sekitar 33.000 ton untuk konsumsi rumah tangga dan 86.400 ton untuk kebutuhan industri.
Saat ini, kapasitas produksi garam industri di Jawa Tengah belum mencukupi. Contohnya, SPJT hanya mampu menghasilkan 25.000 ton per tahun.
Washingplant Koperasi Sari Makmur Rembang maksimal 7.500 ton, dan Koperasi Mutiara Laut Mandiri Pati hanya 6.000 ton.
“Itu yang untuk garam rakyat dengan NaCl 95%. Kalau untuk industri, NaCl-nya harus di atas 97%,” jelas Endi.
Masuknya investor asing diharapkan mampu membawa teknologi baru serta memperluas kapasitas produksi, demi mendukung target swasembada garam nasional. ***
Artikel Terkait
Petani Garam Desa Dasun Tampil di Pameran Internasional Arthefact 3.0