“Beberapa kali aku lihat baju yang didonasikan seperti baju mau kondangan dan jenis yang nggak nyerap keringat,” tulis pesan tersebut.
Warga menjelaskan, cuaca di Aceh Tamiang pascabanjir tergolong panas ekstrem, sehingga pakaian sederhana dan nyaman jauh lebih dibutuhkan.
“Lebih cocok baju kaos dan celana biasa aja. Kalau panas, panasnya kebangetan sampai bikin sunburn,” lanjutnya.
Meski demikian, warga tetap menyampaikan apresiasi atas niat baik para donatur.
“Kami tetap berterima kasih. Hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikan warga Indonesia,” pungkasnya.
Donasi Baju Tak Layak Pakai Disorot Warganet
Sorotan terhadap donasi pakaian juga datang dari akun Instagram @berkahbareng.id. Dalam unggahannya, ditegaskan bahwa donasi pakaian bukanlah ajang mengosongkan lemari.
“Baju donasi bukan berarti baju bekas sembarangan yang robek, kusam, bau, bernoda, atau rusak. Itu bukan donasi, itu beban bagi penerima,” tulis akun tersebut.
Warganet pun mengingatkan pentingnya empati dan kepedulian dalam berdonasi, terutama saat korban bencana sedang berada dalam kondisi rentan dan membutuhkan bantuan yang benar-benar bisa digunakan.
Isu ini menjadi pengingat bersama bahwa niat baik perlu diiringi dengan kepedulian terhadap kebutuhan nyata di lapangan, agar bantuan yang diberikan benar-benar bermakna bagi para korban.
***
Artikel Terkait
Momen Manis di Pengungsian, Bocah Ini Tak Henti Ucap Terima Kasih Saat Terima Makanan dan Pakaian