Hingga kini, penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan. Black box pesawat, yang berisi rekaman data penerbangan (FDR), rusak parah dan tidak dapat dianalisis di dalam negeri.
Otoritas Korea Selatan telah memutuskan untuk mengirim perangkat tersebut ke Amerika Serikat untuk investigasi lebih lanjut.
“Kami akan bekerja sama dengan Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS untuk mendapatkan data penting dari FDR,” ujar Wakil Menteri Penerbangan Sipil Korea Selatan, Joo Jong-wan.
Riwayat Masalah pada Pesawat HL8088
Pesawat Jeju Air yang terlibat kecelakaan, Boeing 737-800 dengan nomor registrasi HL8088, ternyata memiliki riwayat insiden pada 2021.
Saat itu, bagian ekor pesawat terbentur landasan pacu di Bandara Internasional Gimpo. Insiden tersebut menyebabkan kerusakan struktural dan denda sebesar 2,2 miliar won dari Kementerian Transportasi Korea Selatan.
Kendati demikian, Jeju Air sebelumnya mengklaim pesawat tersebut tidak memiliki riwayat kecelakaan.
CEO Jeju Air, Kim E-bae, menyebut insiden 2021 sebagai “peristiwa kecil” yang tidak dikategorikan sebagai kecelakaan dalam hukum penerbangan.
Tragedi Jeju Air menjadi pengingat pentingnya keselamatan penerbangan dan tanggung jawab sosial.
Keputusan pemerintah untuk menunda kemeriahan tahun baru mencerminkan solidaritas terhadap para korban dan keluarga mereka.