suararembang.com - Tirto Adhi Soerjo, lahir sekitar tahun 1880 di Blora, Jawa Tengah, adalah sosok penting dalam sejarah pers dan pergerakan Indonesia.
Sebagai keturunan priyayi Jawa, ia memiliki akses pendidikan yang baik, termasuk belajar di STOVIA meskipun tidak menyelesaikannya.
Perjalanan hidupnya penuh dengan kontribusi signifikan yang jarang diungkap.
Pada tahun 1903, Tirto mendirikan Soenda Berita, surat kabar mingguan yang sepenuhnya dikelola oleh pribumi.
Langkah ini menandai terobosan dalam dunia jurnalistik Hindia Belanda, menunjukkan kemampuan pribumi dalam mengelola media secara mandiri.
Baca Juga: Hari Pers Nasional 2025: Tema, Logo, dan Makna di Balik Perayaannya
Melalui Soenda Berita, Tirto membangun hubungan dengan para priyayi di Jawa dan Madura, memperluas jaringan pengaruhnya.
Selain itu, Tirto juga mendirikan Sarekat Prijaji pada tahun 1904, organisasi modern pertama di Hindia yang tidak memandang latar belakang kesukuan dan menggunakan bahasa Melayu sebagai lingua franca.
Meskipun organisasi ini tidak banyak melakukan kegiatan, pendiriannya menunjukkan visi Tirto dalam mempersatukan kaum pribumi melalui organisasi.
Pada tahun 1907, Tirto meluncurkan Medan Prijaji, surat kabar yang menjadi platform advokasi bagi pribumi.
Melalui media ini, ia vokal mengkritik pemerintah kolonial dan menyuarakan kepentingan rakyat.
Medan Prijaji juga menjadi sarana bagi Tirto untuk mengadvokasi kasus-kasus ketidakadilan yang dialami oleh pribumi, menunjukkan peran pers sebagai alat perjuangan.
Kedekatan Tirto dengan berbagai komunitas, termasuk peranakan Arab dan Tionghoa, menunjukkan pandangannya yang inklusif.
Artikel Terkait
Mengenal Tirto Adhi Soerjo, Pria Kelahiran Blora yang Sering Disebut Setiap Peringatan Hari Pers Nasional