Ia bekerja sama dengan tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang dalam aktivitas jurnalistik dan pergerakan, mencerminkan semangat persatuan di antara kelompok-kelompok yang tertindas oleh sistem kolonial.
Namun, perjuangan Tirto tidak tanpa hambatan.
Kritiknya terhadap pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Ambon pada tahun 1912.
Sekembalinya dari pengasingan, ia mengalami depresi berat dan kondisi kesehatannya menurun, hingga akhirnya meninggal pada 7 Desember 1918 di Batavia.
Warisan Tirto Adhi Soerjo sebagai pelopor pers dan pergerakan nasional tetap dikenang.
Pada tahun 2006, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia, mengakui kontribusinya dalam membangun kesadaran nasional melalui media dan organisasi.
Meta Deskripsi: Mengenal sisi lain Tirto Adhi Soerjo: pelopor pers pribumi, pendiri organisasi modern, dan pejuang inklusivitas dalam pergerakan nasional Indonesia.
Artikel Terkait
Mengenal Tirto Adhi Soerjo, Pria Kelahiran Blora yang Sering Disebut Setiap Peringatan Hari Pers Nasional