REMBANG, suararembang.com - Pemerintah Kabupaten Rembang menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat Kabupaten (Musrenbangkab) di Pendapa Museum RA Kartini, Kamis (27/3/2025).
Salah satu isu utama yang mencuat dalam forum ini adalah keberlanjutan Kota Pusaka Lasem. Tokoh masyarakat Abdul Hamid menyoroti pentingnya perhatian pemerintah terhadap pelestarian dan pengembangan kawasan bersejarah tersebut.
Menanggapi hal itu, Bupati Rembang Harno menegaskan bahwa Kota Pusaka Lasem membutuhkan perhatian khusus, terutama terkait pengembangan pasar kreatif yang hingga kini belum optimal.
Baca Juga: DPRD Rembang Sahkan Empat Perda Baru, Dari Kawasan Tanpa Rokok hingga Pelestarian Batik Lasem
Ia berkomitmen mencari solusi agar penataan kawasan bersejarah ini benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
“Pasar kreatifnya juga belum begitu berjalan ya. Itu nanti bagaimana agar pasar kreatifnya bisa berjalan. Nanti setelah Lebaran saya akan berkunjung ke Lasem,” ujar Harno.
Lasem Menuju Kawasan Cagar Budaya Nasional
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Rembang, Afan Martadi, menambahkan bahwa penataan Kota Pusaka Lasem dilakukan secara bertahap dan telah masuk dalam proyek strategis nasional.
Baca Juga: Pernikahan Arwah: Film Horor di Lasem yang Bikin Merinding, Berani Nonton Sendirian?
Pemkab Rembang telah melakukan audiensi dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan guna memastikan keberlanjutan proyek ini.
“Hasil audiensi dengan Dirjen Kebudayaan, Kota Pusaka Lasem tetap ada dan nantinya akan diarahkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN). Langkah teknis yang bisa kita lakukan adalah memasukkan isu strategis ini ke dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah),” jelas Afan.
Strategi dan Tantangan Pelestarian Kota Pusaka Lasem
Afan menekankan pentingnya Focus Group Discussion (FGD) dengan berbagai pemangku kepentingan guna menyusun desain Kota Pusaka Lasem secara komprehensif.
Lasem memiliki potensi besar dalam bidang heritage, budaya, dan ekonomi kreatif, namun juga menghadapi berbagai tantangan.
“Potensi dari sisi heritage, budaya, maupun ekraf di Lasem sangat besar. Sedangkan tantangannya melibatkan berbagai elemen, seperti komunitas, pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, tokoh agama, budayawan, hingga pengusaha. Oleh karena itu, kami membutuhkan FGD yang cukup intensif,” tuturnya.
Artikel Terkait
DPRD Rembang Sahkan Empat Perda Baru, Dari Kawasan Tanpa Rokok hingga Pelestarian Batik Lasem