Peserta mendapatkan contoh penerapan framework seperti RTCC (Role–Task–Content–Constraint), ICIO, dan CRISPE yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
Walida mengingatkan bahwa kecerdasan buatan tetap harus dikaji ulang agar kemampuan bernalar kritis guru tetap terjaga.
“AI bukan pengganti guru, tetapi alat bantu agar hasil pembelajaran lebih bermakna,” tegasnya.
Ia juga menceritakan pengalamannya belajar langsung dari profesor Peking University dan Nanyang Technological University (NTU) Singapura.
Peserta juga melakukan kunjungan ke beberapa sekolah internasional di Jakarta sebagai penguatan dari sesi pembelajaran daring.
Usai pelatihan, Walida mulai menyusun rencana mengenai pengembangan sekolah berbasis teknologi dan pemanfaatan artificial intelligence.
“Harapan saya, tahun mendatang saya dan rekan-rekan kepala sekolah di Rembang bisa kembali mendapat kesempatan mengikuti program peningkatan kepemimpinan yang diselenggarakan Kementerian,” pungkasnya.
***
Artikel Terkait
Kisah Dua ASN Rembang Pemenang Kompetisi AI: Dari Weton hingga Karya Tak Terduga