budaya

PO Haryanto, Pilihan Setia Perantau Madura: Bukan Sekadar Transportasi, Ini Soal Kepercayaan

Minggu, 6 April 2025 | 09:36 WIB
PO Haryanto jadi pilihan perantau Madura karena layanan ramah, perjalanan nyaman, dan nilai religi yang menyentuh hati. Foto: Threads/snthr.co

JAKARTA, suararembang.com - Bagi masyarakat Madura yang merantau ke kota besar seperti Jakarta, pulang kampung tak pernah sekadar perjalanan. Naik PO Haryanto menjadi pengalaman emosional yang menyatukan rasa rindu, kenyamanan, dan nilai kekeluargaan.

PO Haryanto berdiri sejak awal 2000-an dan tumbuh menjadi salah satu perusahaan otobus paling dikenal di Jawa. Didirikan oleh Haji Haryanto, bisnis ini bermula dari semangat melayani masyarakat dengan transportasi darat yang manusiawi, aman, dan penuh empati.

Armada yang awalnya hanya beberapa unit kini berkembang menjadi puluhan bus dengan trayek populer seperti Jakarta–Kudus, Jakarta–Jepara, hingga Jakarta–Madura.

Yang membuat PO ini istimewa bukan hanya layanannya, tapi juga nilai-nilai yang dipegang teguh oleh pemiliknya. Haji Haryanto menyisihkan 2,5% dari keuntungannya untuk infak, dan hal ini jadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Madura yang religius.

Tak heran, banyak yang berprinsip: "Kalau naik Haryanto, kami juga ikut sedekah."

Selain itu, keramah-tamahan kru bus—mulai dari sopir hingga kernet—membuat penumpang merasa dihargai. Mereka tidak hanya diantar ke tujuan, tapi juga diperlakukan seperti keluarga. Inilah kenapa PO Haryanto punya tempat khusus di hati para perantau Madura.

Budaya Madura sendiri dikenal dengan nilai kerja keras, ulet, dan kuat dalam menjaga harga diri. Mereka mungkin merantau ke mana saja, tapi ketika waktunya mudik tiba, PO Haryanto adalah pilihan utama.

Di Terminal Pulo Gebang, antrean penumpang PO Haryanto selalu mengular jelang lebaran. Mereka rela antre, karena yang dicari bukan cuma sampai rumah, tapi perjalanan yang menenangkan hati.

Tak sedikit perusahaan otobus mencoba menyaingi dengan tarif lebih murah atau bus berteknologi tinggi. Namun banyak yang lupa, yang dijual Haryanto bukan cuma kursi bus—melainkan kepercayaan dan kedekatan emosional.

Sopir PO Haryanto bahkan dikenal mengingat nama penumpang langganannya—hal yang sulit ditemukan di PO baru yang serba digital.

Seperti ungkapan Madura: "Oreng daddhi tarettan, tarettan daddhi oreng." Orang lain dianggap saudara, saudara dianggap bagian dari diri. Dan PO Haryanto telah menjadi bagian dari perjalanan hidup banyak perantau Madura.

***

Tags

Terkini