Minggu, 21 Desember 2025

Peringatan Hadeging Nagari ke-279: Jejak Sejarah Yogyakarta yang Tetap Menyala

Photo Author
- Sabtu, 22 November 2025 | 05:00 WIB
Keraton Yogyakarta menggelar puncak peringatan ke-279 tahun Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat pada Kamis Legi (20/11) atau 29 Jumadilawal Dal 1959
Keraton Yogyakarta menggelar puncak peringatan ke-279 tahun Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat pada Kamis Legi (20/11) atau 29 Jumadilawal Dal 1959

YOGYAKARTA, suararembang.comKeraton Yogyakarta menggelar puncak peringatan ke-279 tahun Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat pada Kamis Legi (20/11) atau 29 Jumadilawal Dal 1959.

Acara berlangsung khidmat di serambi Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Agenda meliputi Khotmil Qur'an dan pengajian yang disampaikan oleh Kiai Haji Nur Cholis Aziz, Kiai Haji Achmad Chalwani, dan Kiai Haji Mas’ud Masduki.

Sehari sebelum puncak acara, Abdi Dalem Kanca Kaji dan Pengulon melakukan ziarah ke makam pendiri Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono I, di Pajimatan Imogiri.

Kegiatan berlangsung Rabu Kliwon (19/11) pagi dan dilanjutkan dengan Mujahadah Akbar pada malam hari di Masjid Gedhe.

Hadeging Nagari adalah penanda berdirinya pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Peristiwa bersejarah itu ditandai dengan deklarasi Nagari Ngayogyakarta oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada 13 Maret 1755 atau 29 Jumadilawal 1680.

Momen ini menjadi fondasi penting perkembangan budaya, politik, dan spiritual masyarakat Yogyakarta.

Dalam sambutan daring, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 menyampaikan makna tema peringatan tahun ini, yakni “Mbudidaya Tatanan Agami Mrih Mulyaning Nagari.”

Tema tersebut mengajak masyarakat melihat kembali sejarah dan warisan luhur yang terus dijaga Keraton.

“Bukti bahwa kemuliaan negara, tidak dibangun dengan keseragaman, melainkan dengan kemampuan merangkul keragaman. Sebuah teladan, yang telah tertanam dalam DNA peradaban Nusantara, yang tersemat dalam Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Sinuwun.

Peringatan Hadeging Nagari tahun ini bukan sekadar seremoni tradisi. Acara menjadi ruang refleksi bagi masyarakat untuk memahami kembali akar sejarah Yogyakarta.

Nilai keberagaman yang dijaga Keraton menjadi pesan kuat di tengah tantangan zaman.

Keraton Yogyakarta menegaskan komitmennya pada pelestarian budaya dan spiritualitas. Agenda yang digelar juga memperlihatkan bagaimana tradisi tetap hidup berdampingan dengan perkembangan modernitas.

Kegiatan religius seperti Khotmil Qur’an dan Mujahadah Akbar menambah kekhidmatan rangkaian acara.

Peringatan ini menunjukkan bahwa Yogyakarta bukan hanya pusat budaya, tetapi juga ruang yang merawat nilai kesatuan dalam keberagaman.

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X