2. Tari Ulo-ulonan, persembahan dari siswa kelas 1 dan 2 SD.
3. Tari Baladewan, juga dari siswa kelas 1 dan 2.
4. Tari Oglek, dibawakan oleh siswa kelas 3 dan 4.
5. Tari Geol Denok, ditampilkan oleh siswa kelas 5 dan 6.
6. Tari Rara Ngigel, dibawakan oleh pelajar tingkat SMA.
Semua tari yang ditampilkan tahun ini adalah hasil kreasi murni para pelatih dan penari.
Baca Juga: Drama Tari Wangsit Satria Jati Akan Tampil di TMII: Pentas Duta Seni Rembang
Tidak ada tarian klasik atau tradisi murni yang ditampilkan, menjadikan pagelaran ini sebagai ruang ekspresi bebas dan modern.
Anita, salah satu pengajar di Sanggar Tari Selayur, menyatakan, “Kami ingin anak-anak punya wadah untuk tampil dan percaya diri. Semoga Sanggar Tari Selayur makin dikenal dan diminati masyarakat.”
Pagelaran ini juga menjadi bagian dari perayaan budaya yang lebih luas, yakni Sedekah Bumi.
Acara tersebut menjadi momen bersyukur atas hasil bumi dan mempererat hubungan antarwarga.
Dengan keterlibatan aktif masyarakat, Sanggar Tari Selayur berharap bisa terus berkembang.
Target ke depan adalah menjaring lebih banyak siswa, memperluas jaringan pentas, dan terus konsisten melahirkan karya-karya seni yang menginspirasi.
Sanggar ini bukan hanya tempat belajar tari, tetapi juga ruang tumbuh bagi anak-anak untuk mencintai budaya sejak dini.
Kolaborasi antara seni dan tradisi seperti ini membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.***