budaya

Hayam Wuruk Blusukan hingga ke Rembang: Menyusuri Jejak Sang Raja Majapahit

Sabtu, 26 Juli 2025 | 11:00 WIB
Hayam Wuruk rajin blusukan ke berbagai daerah, termasuk Rembang. Jejaknya terekam dalam kitab Nagarakertagama.

REMBANG, suararembang.com - Blusukan bukan hanya gaya kepemimpinan masa kini seperti yang dilakukan Presiden Jokowi. Jauh sebelum itu, Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang terkenal pada abad ke-14, juga senang turun langsung ke lapangan. Kegemarannya ini tercatat dalam kitab Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca.

Dalam pupuh 17 hingga 21, diceritakan bagaimana Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling kerajaan. Ia blusukan ke berbagai tempat untuk mengenal negerinya lebih dekat. Salah satu wilayah yang disinggahinya adalah Lasem dan Rembang, wilayah yang kini berada di pesisir utara Jawa Tengah.

Baca Juga: Asal Usul Nama Rembang dan Sejarah Hari Jadi Kabupaten Rembang

Pada pupuh 17, tercatat bahwa Hayam Wuruk mengunjungi Pajang, Lasem, Lodaya, Tetu, dan Sideman. Ia bahkan sempat keliling hingga ke Lumajang dengan iringan kereta dan para pengikut, termasuk para raja dari Jawa, permaisuri, menteri, pendeta, hingga pujangga.

Perjalanan itu bukan sekadar tamasya. Dalam kitab itu digambarkan antusiasme rakyat yang luar biasa. Dalam pupuh 18, penduduk memadati jalan untuk melihat langsung sang raja.

Kereta-kereta berdesakan, dihiasi lambang-lambang yang menunjukkan dari mana mereka berasal. Kereta Sri Nata Lasem misalnya, bergambar banteng putih, sementara kereta dari Daha bergambar bunga Dahakusuma yang berkilau emas.

Di pupuh 19, Hayam Wuruk melanjutkan blusukannya ke wilayah lain seperti Katang, Kedung Dawa, Rame, hingga biara di Pogara dan Dadap. Ia bahkan sempat singgah di Madakaripura, wilayah yang konon diberikan kepada Gadjah Mada. Di sana, ia mandi di mata air dan melakukan penghormatan.

Perjalanan berlanjut ke desa-desa Kasogatan dalam pupuh 20, di mana ia dijamu oleh penduduk dari empat belas desa. Blusukan ini memperlihatkan bagaimana Hayam Wuruk melihat langsung kondisi rakyatnya dan menjalin hubungan dengan berbagai daerah.

Puncaknya, dalam pupuh 21, diceritakan bahwa sang raja melintasi banyak desa hingga sampai ke wilayah Rembang. Ia menempuh jalur pesisir dan pedalaman, melewati sawah dan sungai, menuju wilayah kemirahan yang terletak di tepi laut. Ini menjadi bukti bahwa Rembang menjadi salah satu titik penting dalam rangkaian blusukan Hayam Wuruk.

Jejak blusukan Hayam Wuruk menjadi bukti kuat bahwa pemimpin besar tidak hanya duduk di istana. Ia menyambangi rakyat, melihat langsung kondisi negeri, dan memperkuat ikatan antara pusat dan daerah. Tradisi ini layak dikenang dan menjadi inspirasi bagi pemimpin masa kini.

Terkini