REMBANG, suararembang.com – Hasil penelitian terbaru soal Situs Caruban di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang menarik perhatian netizen.
Dua peneliti, Ashwin Prayudi (Peneliti Independen) dan Rusyad Adi Suriyanto (Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi UGM), baru saja merilis kajian berjudul “Penyakit Masa Lampau pada Penduduk Caruban Masa Klasik-Islam: Suatu Tinjauan Paleopatologi.”
Baca Juga: Cerita Konservasi dari Pegunungan Muria dan Perbukitan Patiayam
Penelitian ini mengulik temuan rangka manusia dari penggalian tahun 1981 yang tersimpan di Universitas Gadjah Mada.
Ternyata, hasil analisis paleopatologi berhasil membuka misteri penyakit dan budaya unik masyarakat Caruban pada abad ke-14 hingga ke-17 Masehi.
Ketiga rangka tersebut terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki. Usia mereka saat meninggal diperkirakan antara 17 hingga 30 tahun. Menariknya, mereka memiliki ciri ras Mongoloid yang umum ditemukan di Asia.
Peneliti menemukan adanya penyakit gigi seperti karies dan kalkulus. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana pola makan serta kebersihan gigi masyarakat pesisir Jawa kala itu.
Tak hanya itu, penelitian juga mengungkap praktik budaya yang cukup ekstrem: modifikasi gigi.
Pada dua rangka, terlihat adanya ablasi atau pencabutan gigi secara sengaja, serta pangur atau pengikiran gigi.
Tradisi ini diyakini berkaitan dengan estetika maupun ritual budaya pada masa tersebut.
“Temuan ini bukan hanya soal penyakit, tetapi juga tentang bagaimana budaya memengaruhi tubuh manusia di masa lampau,” ungkap kedua peneliti.
Situs Caruban sendiri sejak lama dikenal sebagai pusat hunian aktif di pesisir utara Jawa.
Tak sekadar tempat penguburan, situs ini juga ramai dengan aktivitas perdagangan internasional.
Berbagai artefak asing seperti keramik dan porselen Barat ditemukan, menandakan interaksi Caruban dengan dunia luar.