JAKARTA, suararembang.com - Di bawah cahaya temaram lampu panggung Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), para penari dari Sanggar Seni Galuh Ajeng menari dalam harmoni gamelan.
Gerak mereka bercerita, menghidupkan kembali kisah tua tentang lahirnya sebuah kota di pesisir utara Jawa: Rembang.
Pertunjukan bertajuk Dramatari Ngrembang Sakawit itu menjadi bagian dari Pentas Duta Seni Kabupaten Rembang, Minggu (5/10/2025).
Penampilan kolosal ini memikat penonton dengan perpaduan antara gerak, musik, dan narasi sejarah yang kuat.
Legenda dari Tahun Syaka 1336
Kisah yang diangkat berasal dari legenda masa lampau, tepatnya tahun Syaka 1336. Dikisahkan beberapa keluarga dari Cempa, ahli dalam pembuatan gula tebu, berpindah untuk mencari tempat baru yang subur.
Perjalanan panjang membawa mereka ke sebuah wilayah yang kelak dikenal sebagai Rembang.
Namun usaha mereka sering gagal. Beragam rintangan datang silih berganti hingga akhirnya mereka memohon petunjuk kepada Nini Ampu, sesepuh dan ketua adat.
Atas bimbingannya, dilakukanlah semedi dan ritual untuk mencari restu Sang Widhi.
Ritual ini menanamkan falsafah memayu hayuning bawana—menjaga keharmonisan hidup dan keseimbangan alam.
Makna di Balik Upacara Ngrembang
Dari kisah itu lahir sebuah tradisi penting: upacara penebangan tebu atau Ngrembang.
Sepasang tebu manten dipangkas sebagai tanda dimulainya panen dan pembuatan gula.
Upacara ini menjadi simbol keselarasan antara kerja keras, doa, dan rasa syukur.
Seiring berjalannya waktu, tempat pelaksanaan upacara tersebut berkembang menjadi permukiman besar.
Orang-orang menyebutnya Ngrembang, yang kemudian berubah menjadi Rembang.