budaya

Penjor vs Kabel Listrik Jelang Galungan: Imbauan PLN Bali Picu Reaksi Publik

Selasa, 18 November 2025 | 07:00 WIB
Imbauan PLN menjaga jarak penjor dan kabel listrik jelang Galungan memicu reaksi publik Bali yang menilai aturan itu kurang sensitif budaya.

DENPASAR, suararembang.com - Menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, suasana di Bali mendadak memanas. Bukan urusan politik, tetapi soal penjor dan kabel listrik yang tiba-tiba jadi perdebatan publik.

Imbauan dari PLN Bali agar warga menjaga jarak aman minimal 2,5 meter antara penjor dan kabel memicu reaksi keras dari masyarakat.

Baca Juga: Janji Hijau PLN di RUPTL 2025–2034: Berlari di Dokumen, Tertatih di Realita

Manajer PLN UP3 Bali Utara, Elashinta, memberikan penjelasan terbuka. Ia menegaskan imbauan itu murni untuk keselamatan, bukan upaya mengusik tradisi masyarakat Bali.

Ia menyarankan jarak aman lebih dari tiga meter agar risiko gangguan listrik bisa ditekan.

“Kalau bisa lebih dari 3 meter, itu lebih baik. Jadi titik amannya di bawah, dengan jarak minimal 2,5 meter dari semua arah — kanan, kiri, atas, maupun bawah,” ujarnya.

Baca Juga: PLN Garap 2 Proyek Pembangkit Panas Bumi di Bengkulu, Termasuk PLTP Kepahiang Sebesar 110 MW

Elashinta menambahkan bahwa gangguan listrik sering terjadi karena benda yang terlalu dekat dengan kabel, termasuk dahan pohon dan penjor.

Namun penjelasan itu tidak langsung diterima masyarakat. Banyak warga Bali menilai imbauan tersebut menyentuh ruang sensitif menjelang hari suci.

Reaksi publik muncul di media sosial dan berbagai forum komunitas. Nada protes terlihat jelas, terutama dari mereka yang merasa tradisi Bali tidak boleh disentuh alasan teknis.

Tokoh perempuan Bali, Niluh Djelantik, menjadi suara yang paling vokal. Dalam unggahan Instagram, ia menegaskan bahwa yang harus dibenahi adalah kabel PLN, bukan tradisi Bali.

“Kabel kalian yang semrawut itu seharusnya dirapikan dan dipasang di bawah tanah. Jangan malah tradisi kami yang kalian otak-atik!” tulisnya.

Ia meminta pegawai PLN memahami budaya lokal agar tidak memicu kesalahpahaman.

“Penjor sudah ada sejak kalian belum lahir. Jangan utak-atik tradisi kami!” tegasnya.

Halaman:

Tags

Terkini