opini

Pangku: Cermin Wajah Sosial Pantura yang Jarang Kita Tatap

Jumat, 7 November 2025 | 19:00 WIB
Film Pangku bukan sekadar tontonan. Ia menampar nurani kita tentang kehidupan perempuan dan realitas Pantura.

Cahaya redup, suara truk melintas, dan langkah-langkah lelah Sartika menyatu menjadi bahasa yang tidak butuh banyak dialog.

Film ini mengingatkan bahwa kehidupan tidak selalu berjalan di panggung kota besar. Ada dunia lain di luar gemerlap, yang penuh kesunyian dan keberanian.

Refleksi dari Pesisir Rembang

Kisah Pangku seolah berbicara langsung kepada daerah seperti Rembang.

Wilayah pesisir dengan geliat ekonomi yang keras, tempat perempuan punya peran ganda — sebagai tulang punggung keluarga sekaligus penjaga rumah.

Film ini menyadarkan kita, bahwa kemajuan daerah tak cukup diukur dari jalan mulus dan investasi besar. Ia juga harus diukur dari seberapa aman dan bermartabat perempuan hidup di dalamnya.

Akhir Kata: Saatnya Menatap dengan Empati

Pangku bukan sekadar film yang indah. Ia adalah peringatan halus tentang empati sosial yang sering kita abaikan.

Tentang perempuan yang tidak meminta dikasihani, hanya ingin dimengerti.

Dan tentang masyarakat yang seharusnya berhenti menilai, lalu mulai memahami.

Di balik kisah Sartika, tersimpan pelajaran besar: bahwa keberanian perempuan Pantura adalah wajah sejati ketangguhan bangsa.

***

Halaman:

Tags

Terkini