Senin, 22 Desember 2025

Jejak Panjang Indonesia di Sidang Umum PBB: Dari Pidato 'Membangun Dunia Kembali' era Soekarno hingga Kini Kesempatan Emas Prabowo

Photo Author
- Senin, 22 September 2025 | 20:30 WIB
Menyoroti Presiden RI, Prabowo Subianto yang dijadwalkan akan berpidato di Sidang ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di AS. (Instagram.com/@prabowo)
Menyoroti Presiden RI, Prabowo Subianto yang dijadwalkan akan berpidato di Sidang ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di AS. (Instagram.com/@prabowo)

Dalam pidatonya, ia menentang imperialisme dan kolonialisme serta menawarkan Pancasila sebagai ideologi alternatif bagi dunia.

Gagasan itu kemudian dikenang sebagai salah satu pidato bersejarah PBB, bahkan ditetapkan UNESCO sebagai Memory of the World pada 2023 lalu.

Soeharto dan “Pesan Jakarta

Presiden ke-2 RI, Soeharto tercatat pernah dua kali berbicara di Sidang Umum PBB, yakni pada 24 September 1992 dan Oktober 1995.

Pada 1992, ia menyampaikan “Pesan Jakarta” yang merupakan hasil KTT Gerakan Non-Blok di Jakarta, mewakili 108 negara anggota.

Tiga tahun kemudian, Soeharto kembali berpidato pada peringatan 50 tahun berdirinya PBB, menegaskan komitmen Indonesia pada kerja sama internasional.

Megawati Dorong Reformasi PBB

Estafet pidato di panggung PBB juga pernah dilanjutkan oleh Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.

Ketum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu diketahui hadir dua kali, yakni pada 2001 dan 2003.

Dalam pidatonya, Megawati menekankan perlunya reformasi mendasar dalam tubuh PBB agar lembaga tersebut lebih efektif dan relevan dalam merespons tantangan global.

SBY Paling Aktif Berbicara

Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden yang paling sering hadir di podium PBB.

Sepanjang masa pemerintahannya 2004–2014, ia tercatat sudah 6 kali berpidato, dimulai pada Sidang Umum ke-62 pada 2007 silam.

SBY kerap mengangkat kontribusi Indonesia bagi perdamaian internasional, diplomasi multilateral, serta peran aktif RI dalam isu perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan di dunia internasional.

Menanti Arah Baru Diplomasi Prabowo

Kini, pada tahun September 2025, giliran kesempatan Presiden Prabowo untuk menambah babak baru dari tradisi tersebut.

Publik menanti apakah Prabowo akan menggemakan isu klasik seperti Palestina dan reformasi PBB, atau menghadirkan visi baru Indonesia menghadapi tantangan geopolitik secara global.

Yang pasti, pada akhirnya pidato ini akan menambah jejak panjang perjalanan diplomasi Indonesia di forum musyawarah global sejak era Presiden Soekarno.***

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

X