JUWANA, suararembang.com – Bukan sekadar pertunjukan, Lapak Seni Suronan Juwana juga jadi ruang inklusif bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi.
Komunitas Cah Juwana Pluralitas (CJP) membuka ruang sebesar-besarnya bagi seniman lokal, pelaku kreatif, dan warga umum.
Baca Juga: Lapak Seni Suronan Juwana, Ruang Ekspresi Budaya yang Tumbuh dari Warga
“Kami membuka ruang ini untuk siapa saja, tapi tetap mengutamakan yang ada di kawasan Kecamatan Juwana,” ujar Narto, anggota CJP.
Pada perhelatan tahun ini, panggung dibagi sesuai kelompok usia dan jenis pertunjukan. Anak-anak tampil lebih awal, disusul seniman dewasa pada malam hari.
“Untuk tari tradisi saja, partisipannya selalu penuh. Kalau tidak dibatasi bisa melebihi kapasitas,” kata Anang Maulana, koordinator acara.
Baca Juga: Lapak Seni Suronan Juwana, Ruang Ekspresi Budaya yang Tumbuh dari Warga
Lapak Seni juga menampilkan pameran seni rupa dari seniman Juwana. Mereka berkolaborasi dengan Perupa Lingkar Muria Raya dalam program Tour de Desa-Desa.
Selain itu, ada seniman grafis Aprilianto Sudandyo alias Wage yang baru pulang dari Amerika. Ia mengadakan workshop cukil dan cetak kaos langsung di lokasi.
Suasana semakin meriah dengan keberadaan dapur umum yang menyajikan kuliner khas Juwana seperti pindang srani dan kelo mrico.
Aktivis seni Pati, Imam Bucah, menilai semangat kolektif ini sangat langka dan patut ditiru.
“Kekuatan gerakan kebudayaan Pati itu justru interaksi antarkecamatan. Jarang sekali ada yang seperti ini,” ujarnya.
Menurutnya, Lapak Seni bukan sekadar perayaan tahunan. Ini adalah gerakan budaya yang tumbuh dari warga, untuk warga.
Acara ini sekaligus menjadi ruang tumbuhnya memori kolektif bagi generasi muda yang hadir, menyaksikan, bahkan ikut tampil di panggung budaya.***
Artikel Terkait
Lapak Seni Suronan Juwana, Ruang Ekspresi Budaya yang Tumbuh dari Warga