SUARAREMBANG.COM - Masjid Jami Lasem, yang berdiri di kawasan kota tua pesisir utara Jawa, menyimpan warisan arsitektur yang memikat.
Salah satu artefak paling unik dari masjid ini adalah Dhadha Peksi, balok kayu kuno yang terukir indah dan kini menjadi koleksi utama di Museum Masjid Jami Lasem.
Baca Juga: Jejak Eropa di Balok Dhadha Peksi Masjid Jami Lasem: Misteri Ukiran dan Sejarah Abad ke-18
Penelitian terbaru mengungkap bahwa balok ini tidak hanya penting secara struktural, tetapi juga mencerminkan pengaruh gaya Eropa dalam seni ukir tradisional Jawa pada awal abad ke-18.
Dalam tradisi arsitektur Jawa, Dhadha Peksi atau dhadha manuk adalah balok pengunci melintang yang menghubungkan tiang utama (saka guru).
Balok ini memegang peranan penting dalam stabilitas bangunan kayu. Namun, apa yang membuat Dhadha Peksi Masjid Jami Lasem istimewa adalah ukiran flora geometrisnya yang rumit serta dua inskripsi dalam aksara Arab dan Jawa.
Menurut jurnal ilmiah Archipel (Aminullah et al., 2025), tulisan Arab di balok ini memuat kalimat syahadat, sementara inskripsi Jawa mencantumkan tanggal penting: 14 Rabiul Awal tahun Bé 1640 Jawa, yang dikonversi menjadi 8 Maret 1716 Masehi.
Ini adalah salah satu dari sedikit peninggalan masjid di Jawa yang menyertakan penanggalan pasti dalam inskripsinya.
Gaya ukiran yang ditemukan pada balok ini juga mengungkap pengaruh Eropa. Peneliti Hélène Njoto dalam jurnal tersebut mencatat bahwa bentuk daun menggulung, motif gelang mutiara, serta ornamen garland menyerupai gaya Barok Eropa, yang dikenal dalam ukiran kayu Belanda pada abad ke-17 dan 18.
Motif ini dikenal luas pada furnitur VOC yang tersimpan di Museum Fatahillah Jakarta, serta di keraton-keraton seperti Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon.
Namun, meskipun terdapat unsur Eropa, ukiran ini tetap dikerjakan oleh seniman lokal. Motif sorot atau tanduk di ujung balok merupakan ciri khas ukiran Jawa.
Hal ini menunjukkan bahwa seniman Jawa atau Tionghoa yang bekerja di Lasem mampu menyerap gaya asing dan mengolahnya sesuai dengan cita rasa lokal.
Balok sepanjang 381 cm ini dulunya terpasang di tengah langit-langit masjid, tepat di antara empat pilar utama.
Kini, ia menjadi saksi sejarah yang menunjukkan bagaimana Lasem menjadi simpul penting dalam jaringan dagang, budaya, dan agama pada abad ke-18.
Artikel Terkait
Jejak Eropa di Balok Dhadha Peksi Masjid Jami Lasem: Misteri Ukiran dan Sejarah Abad ke-18