Minggu, 21 Desember 2025

Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono: Makna dan Popularitas Abadi

Photo Author
- Selasa, 24 Juni 2025 | 19:00 WIB
Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono: cinta, rindu, dan ketabahan dalam bait puisi terkenal.
Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono: cinta, rindu, dan ketabahan dalam bait puisi terkenal.

SUARAREMBANG.COM - PuisiHujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono kembali viral pada bulan Juni 2025. Di tengah hawa kemarau, bait-bait sederhana seperti “tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni…” tetap menyentuh hati pembaca.

Dengan bahasa ringan dan penuh makna, puisi ini mengisahkan tentang cinta, kerinduan, dan kesabaran yang tersembunyi.

Baca Juga: 3 Puisi Karya Sastrawan Indonesia Bertema Perjuangan, Tuk Peringati Momentum Hari Kebangkitan Nasional

Sapardi menciptakan puisi ini pada 1989 dan menjadi bagian dari kumpulan berjudul sama yang terbit tahun 1994 dengan 102 karya lainnya.

Puisi ini pun sarat simbolisme: hujan di bulan, saat kebanyakan orang menanti matahari, menjadi metafora ketabahan seseorang menunggu kehadiran yang dirindukan.

Hujan ringan dalam puisi ini digambarkan menghapus jejak langkah ragu, “dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu”, menyiratkan petuah bijak untuk membiarkan keraguan berlalu.

Baca Juga: Desta Menangis Saat Bacakan Puisi untuk Natasha Rizki, Ada Apa?

Baris akhir yang berbunyi “dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu” menggambarkan keheningan yang mampu menyimpan cinta dan rindu.

Selain dikagumi lewat kata, puisi ini berkembang ke berbagai medium. Pada era 1990-an, “Hujan Bulan Juni” dimusikalisasi oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo dan menjadi lagu populer dalam album musikalisasi puisi Sapardi.

Puisi ini juga diadaptasi menjadi novel bahkan film layar lebar, memperluas daya tariknya.

Baca Juga: Puisi untuk ‘Menyiksa’ Tentara AS, Jadi Latar Musik Trailer 28 Years Later

Pada bulan Juni 2025, berbagai media online dan diskusi akademis kembali mengangkat puisi ini sebagai bahan refleksi. Detik menulis bahwa puisi ini ikonik dan banyak dikaji di kelas serta sosial media.

Radio Heartline FM bahkan membahas simbolisme dan latar penerbitan puisi tersebut dalam edisi 16 Juni 2025.

Mengapa puisi ini terus digemari? Kejernihan bahasa dan kedalaman makna membuatnya tetap relevan bagi generasi baru. Hujan bulan Juni menjadi lambang harapan kecil dalam masa penantian panjang.

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X