Acara ditutup dengan simbolis pemotongan tumpeng.
Imam Maskun, yang aktif menggerakkan seni rupa Banyuwangi, menambahkan bahwa seni rupa lokal terus berkembang dengan kolaborasi teknologi dan bakat seniman muda.
"Pemkab sangat mendukung, bahkan menyediakan berbagai event dan program untuk memajukan seni Banyuwangi," ungkapnya.
Baca Juga: Seminar Hasil Kajian Koleksi Museum Sarankan Wahana Interaktif untuk Museum Rumah Adat Nan Baanjuang
Sebagai penutup, malam harinya diadakan pertunjukan wayang kulit dengan dalang Sujiwo Tejo.
Budayawan yang akrab disebut Presiden Jancukers ini melantunkan lagu Umbul-Umbul Blambangan, menggambarkan keindahan alam Banyuwangi.
Dalam candaannya, ia menyebut Banyuwangi sebagai tempat terbaik untuk menjadi seniman sejati.
Seni Sebagai Penggerak Pariwisata
Menurut Dwi Marhen Yono, Banyuwangi memiliki potensi besar di sektor pariwisata, termasuk seni dan budaya.
"Dari 13 juta wisatawan yang datang ke Indonesia, seni dan budaya menjadi salah satu daya tarik utama," jelasnya.
Acara seperti Banyuwangi Festival dan Gandrung Sewu juga dinilai mampu memberikan dampak ekonomi bagi para seniman lokal.
Baik Bupati Ipuk maupun Samsudin Adlawi sepakat bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan seni.
Banyuwangi telah memfasilitasi berbagai ekstrakurikuler seni di sekolah-sekolah, salah satunya melalui Festival Padhang Ulanan, yang rutin digelar setiap bulan.
"Diperlukan institusi pendidikan seni yang khusus, sehingga seni Banyuwangi dapat terus berkembang," ujar Samsudin.
Menurutnya, seniman yang menempuh pendidikan seni formal mampu memberikan dampak signifikan dalam pelestarian budaya lokal.
Menjaga Seni Banyuwangi di Era Modern
Banyuwangi kini memiliki lebih dari 1.185 sanggar seni yang aktif. "Pemkab mengelola potensi ini dengan baik, menjadikannya bagian dari pariwisata melalui event besar seperti Banyuwangi Festival," ujar Samsudin.