Minggu, 21 Desember 2025

Sejarah Perayaan Imlek yang Ternyata Hanya Terjadi di Indonesia karena Terjadinya Diskriminasi

Photo Author
- Selasa, 28 Januari 2025 | 21:15 WIB
Foto udara kemeriahan Grebeg Sudiro
Foto udara kemeriahan Grebeg Sudiro

suararembang.com - Perayaan Imlek, yang dikenal sebagai Tahun Baru China, memiliki akar sejarah yang sangat panjang dan kaya tradisi.

Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai sejarah Imlek, mulai dari masa Dinasti Shang hingga perkembangan modern seperti sekarang, berdasarkan laporan dari China Highlight.

Imlek pada Era Dinasti Shang

Imlek pertama kali diyakini muncul pada masa Dinasti Shang, sekitar tahun 1600–1046 Sebelum Masehi (SM), atau lebih dari 3.500 tahun yang lalu.

Pada masa itu, masyarakat mengadakan upacara pengorbanan sebagai bentuk penghormatan kepada dewa dan leluhur.

Ritual ini dilakukan pada awal dan akhir tahun untuk memohon berkah hasil panen sekaligus menyembah alam.

Selain itu, legenda tentang monster Nian juga menjadi bagian dari tradisi Imlek.

Nian digambarkan sebagai monster buas yang menyerang manusia, hewan ternak, dan hasil panen setiap malam tahun baru.

Untuk melindungi diri, masyarakat memasang lentera merah, gulungan kertas merah, serta membakar bambu atau petasan yang dipercaya dapat menakut-nakuti Nian.

Tradisi ini masih dilestarikan hingga kini dalam bentuk dekorasi dan pesta kembang api.

Perkembangan Imlek di Masa Dinasti Han hingga Kini

Pada era Dinasti Han (202 SM–220 M), Imlek mulai diatur berdasarkan kalender lunar Tiongkok dan dikenal sebagai Festival Musim Semi.

Tradisi membakar bambu untuk menghasilkan suara keras menjadi salah satu kegiatan khas pada masa itu.

Ritual Imlek pun mulai berkembang, termasuk membersihkan rumah, makan bersama, hingga acara hiburan, terutama saat memasuki masa Dinasti Wei dan Jin (220–420 M).

Perayaan Imlek semakin meriah pada masa Dinasti Tang hingga Qing, didukung oleh kemakmuran ekonomi.

Selain ritual keagamaan, masyarakat mulai menggelar perayaan seperti pameran lampion, pertunjukan seni, hingga kunjungan ke sanak saudara.

Tradisi ini terus berlanjut hingga era modern dengan penyesuaian sesuai zaman.

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X