budaya

Lapak Seni Suronan Juwana, Ruang Ekspresi Budaya yang Tumbuh dari Warga

R. Heryanto
Minggu, 20 Juli 2025 | 19:45 WIB
Lapak Seni oleh komunitas Cah Juwana Pluralitas. (Dok. Cah Juwana Pluralitas)

JUWANA, suararembang.com – Halaman eks Kawedanan Juwana berubah menjadi panggung seni selama tiga malam berturut-turut. Komunitas Cah Juwana Pluralitas (CJP) kembali menggelar Lapak Seni Suronan, 17–19 Juli 2025.

Mengangkat tema “Nglaras Tatanan Mangsa”, kegiatan ini menjadi perayaan budaya rakyat yang menyatukan warga, seniman, dan berbagai elemen kreatif.

Baca Juga: Lapak Seni Suronan Juwana Jadi Ruang Terbuka untuk Seniman Lokal dan Komunitas

Akar Kolektivitas Seni Lokal

Lapak Seni Suronan telah digelar 13 kali. Dulu sempat hadir dua kali setahun lewat Lapak Sabanan dan Suronan.

Namun kini, CJP memilih fokus di momen Suronan agar lebih kuat secara isi dan dampak.

“Dulu sempat setahun ada dua kali, yaitu Lapak Seni Sabanan dan Suronan, tapi atas kesepakatan kawan-kawan, kita fokus yang di Suronan,” ujar Kumkum dari CJP.

Baca Juga: Lapak Seni Suronan Juwana: Perayaan Budaya di Tengah Bangunan Bersejarah

Setiap malam, pengunjung memadati area pertunjukan. Penampil datang dari berbagai latar, usia, dan wilayah.

Mereka menampilkan tari tradisional dan modern, pantomim, musik, teater, hingga performance art.

Dekorasi Tunjukkan Ciri Juwana

Panggung dihias dengan gapura bergaya tobong ketoprak yang digambar manual di atas papan multipleks.

Ciri khas visual juga tampak pada baliho besar yang difungsikan sebagai photo booth. Semua desain dikerjakan manual.

Desain dipercayakan pada Tai Art, seniman visual Juwana. Ia dikenal dengan gaya desain post-tradisi yang kental dengan simbol lokal.

“Ada ciri khas lampu badai yang selalu hadir. Biarpun ada angin dan badai, api semangat tetap menyala,” kata Tai Art.

Panggung Terbuka untuk Semua

Selain pertunjukan, pengunjung bisa menikmati lapak baca Pustaka Malam, kuliner khas Juwana seperti pindang srani dan kelo mrico, serta lapak gambar anak.

Halaman:

Tags

Terkini