Saat ini mesin banyak dipesan petani luar daerah. Petani Tlogowungu, misalnya, sudah tertarik. Harga alat dibanderol sekitar Rp7,5 juta lengkap. Harga itu sudah termasuk pemasangan dan garansi.
“Pengerjaan mesin butuh waktu dua sampai tiga minggu," terang Narko. Hal itu karena ketersediaan bahan terbatas. Pesanan masuk juga bisa sekalian direhab.
Kualitas Tembakau Terjaga dan Cepat Diproses
Selain efisiensi, mesin ini menjaga kualitas tembakau. Proses rajang dan penataan rajangan berlangsung cepat. Kecepatan ini mencegah perubahan warna pada tembakau. Tembakau yang cepat diproses hasilnya tetap cerah. Ini menjamin tembakau memiliki kualitas tinggi.
Agus Supriyanto, Kabid Perkebunan Dintanpan Rembang, mendukung penuh. Mesin ini adalah modifikasi alat rajang manual otomatis.
"Dulu prosesnya dilakukan secara manual," ujar Agus.
"Sekarang, begitu mesin rajang dihidupkan dan tembakau masuk, alas penjemuran langsung berjalan otomatis."
Inovasi petani Pragu ini membuat pekerjaan efisien.
"Yang semula membutuhkan empat sampai lima orang, kini cukup dua sampai tiga orang,” katanya.
Dintanpan Rembang akan segera menyosialisasikan mesin ini. Tujuannya agar petani tembakau lain bisa merasakan manfaatnya.
***
Artikel Terkait
Pemkab Rembang Kucurkan Rp8,9 Miliar untuk Alsintan, Dukung Ketahanan Pangan dan Modernisasi Pertanian