Minggu, 21 Desember 2025

Kartini, Kendeng, dan Bumi yang Terluka: Suara Ibu Tani Sukolilo yang Menggema di Hari Bumi 2025

Photo Author
- Selasa, 22 April 2025 | 22:24 WIB
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) peringati Hari Kartini dan Hari Bumi 2025, serukan perlindungan kawasan karst
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) peringati Hari Kartini dan Hari Bumi 2025, serukan perlindungan kawasan karst

PATI, suararembang.com – Suara perempuan kembali menggema dari kaki Pegunungan Kendeng.

Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini 21 April dan Hari Bumi 22 April 2025, Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) menggelar acara Halal Bihalal: Peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi di Omah Sonokeling, Desa Sukolilo, Kabupaten Pati.

Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan. Tahun ini menjadi sangat istimewa karena berada di bulan Syawal, bulan kemenangan umat Islam setelah Ramadhan.

Baca Juga: Kupatan Kendeng 2025: Urip Urup Kanggo Bumi

Di tengah suasana Idul Fitri, para petani Kendeng menggandeng nilai-nilai spiritual untuk menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan.

Dengan tema “Kendeng Mencintai Kita, Kita Harus Mencintai Kendeng”, acara tersebut menghadirkan penampilan musik rakyat seperti Usman N The Blackstone, SUKATANI, dan Gamelan Wiji Kendeng.

Selain itu, digelar pula mujahadah lingkungan bersama KH. Budi Harjono, serta ritual budaya lamporan dan brokohan.

Hama Terbesar: Bukan Wereng, Tapi Kebijakan yang Merusak

Dalam tradisi warga Kendeng, lamporan adalah ritual untuk mengusir hama. Namun maknanya kini diperluas. Bagi para petani, hama tak hanya berarti wereng atau tikus.

Hama sesungguhnya adalah kebijakan yang tak berpihak pada petani dan alam.

“Brokohan adalah bentuk syukur kami atas hasil panen, meski setiap tahun kami harus hadapi banjir dan kekeringan,” ujar salah satu ibu tani yang hadir.

Kawasan Karst Terancam, Air Menghilang, Banjir Meluas

Fakta di lapangan menunjukkan kawasan karst Kendeng semakin rusak akibat aktivitas tambang batu kapur.

Hingga pertengahan 2024, setidaknya terdapat 91 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah Pegunungan Kendeng, termasuk di Kabupaten Rembang, Pati, dan sekitarnya.

Karst bukan sekadar tumpukan batu. Ia adalah penyimpan air, penyangga kehidupan, dan penyerap karbon.

Jika karst rusak, maka banjir, kekeringan, dan gagal panen akan terus terjadi. Dan itu kini sudah menjadi kenyataan.

Halaman:

Editor: Achmad S

Sumber: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X