Di Sukolilo, banjir terjadi hampir setiap tahun sejak 2021. Bahkan pada 2025 ini, banjir yang dimulai sejak Januari, masih belum surut hingga 21 April.
Hal ini diperparah oleh rusaknya hutan hulu yang dialihfungsikan menjadi bangunan dan perkebunan monokultur.
Putusan MA dan KLHS Diabaikan, IUP Tambang Terus Bertambah
JM-PPK mencatat, meski Mahkamah Agung telah memenangkan gugatan petani di Rembang, putusan tersebut belum diindahkan pemerintah.
Begitu pula dengan hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng yang direkomendasikan Presiden Joko Widodo pada 2017. Hingga kini, rekomendasi itu belum ditindaklanjuti secara serius.
Alih-alih dilindungi, kawasan Kendeng justru dibanjiri izin tambang baru. Bahkan aktivitas penambangan ilegal pun semakin marak.
Ibu Tani: Perempuan yang Paling Terdampak Kerusakan Alam
Perempuan, menurut para ibu tani Kendeng, adalah pihak paling rentan jika alam rusak. Air adalah kebutuhan utama perempuan, baik untuk kebersihan saat menstruasi, kehamilan, persalinan, hingga mengurus anak.
“Ibu Kartini jadi inspirasi kami. Kartini tak hanya soal pendidikan, tapi juga keberanian mendobrak sistem yang tidak adil,” ungkap mereka.
Dengan semangat Kartini, para ibu tani Kendeng terus bersuara. Mereka menempuh berbagai jalur perjuangan: hukum, budaya, hingga aksi damai seperti menyemen kaki dan berjalan ratusan kilometer demi alam yang lestari.
Seruan untuk Semua Lapisan Masyarakat
Dalam peringatan ini, JM-PPK juga menyerukan ajakan kepada seluruh elemen masyarakat:
Kepada ulama dan rohaniawan, mereka berharap agar nilai-nilai spiritual dijadikan dasar untuk mencintai semua ciptaan Tuhan.
Kepada guru dan dosen, diminta agar menanamkan kecintaan terhadap alam sejak dini kepada para siswa dan mahasiswa.
Kepada pengambil kebijakan, diingatkan bahwa jabatan adalah amanah, bukan alat untuk memperkaya diri atau kelompok tertentu.
Kepada seniman, diminta untuk menyuarakan pentingnya menjaga bumi dengan cara yang indah dan menyentuh hati.
Kepada jurnalis, diminta terus memberitakan kebenaran dan menyuarakan perjuangan warga yang kehilangan ruang hidup.
Kepada anak muda, diajak untuk terus belajar, membaca, dan membuka wawasan seluas-luasnya.
Artikel Terkait
Kupatan Kendeng 2025: Urip Urup Kanggo Bumi