Pangku dan Dunia Nyata: Ketika Hiburan Jadi Kritik Sosial
Pangku tidak romantis. Ia jujur, kadang menyakitkan. Inilah bentuk kritik sosial yang jarang diangkat oleh film Indonesia arus utama.
Dengan latar Pantura, film ini menantang stereotip perempuan desa sebagai sosok pasif. Sebaliknya, mereka digambarkan sebagai penyintas — kuat, tangguh, dan penuh perlawanan.
Kisah Sartika seolah berbicara kepada jutaan perempuan di Indonesia yang bekerja sebagai buruh pabrik, pedagang kaki lima, hingga pekerja rumah tangga di kota besar. Mereka semua hidup di bawah sistem ekonomi yang belum sepenuhnya berpihak.
Dari Layar ke Aksi Nyata
Film Pangku layak disebut sebagai salah satu film sosial paling berani di 2025. Ia membuka ruang diskusi tentang perlindungan perempuan, akses ekonomi, dan pentingnya empati sosial.
Lebih dari itu, film ini menegaskan bahwa cerita perempuan bukan cerita pinggiran — melainkan jantung dari narasi bangsa.
Menonton Pangku bukan hanya soal menikmati sinema, tetapi juga mengingatkan kita bahwa di balik setiap kisah, ada suara perempuan yang terus berjuang.
****
Artikel Terkait
Agak Laen: Menyala Pantiku! Siap Tayang 27 November, Aksi Detektif Kocak di Panti Jompo
Kuwi Nggonku, Film Pendek Sutradara Muda asal Rembang Tayang di Festival Film Asia JAFF 2025