Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa pola hujan ini dipengaruhi oleh fenomena atmosfer tropis.
Aktivitas monsun Asia, suhu permukaan laut yang tinggi, dan sirkulasi angin baratan berkontribusi terhadap tingginya curah hujan.
Karena itu, hujan saat Imlek lebih terkait dengan kondisi alam dibandingkan kepercayaan.
Baca Juga: Resep Kue Keranjang Modern: Twist Kreatif Penganan Imlek Tradisional
Makna Simbolis: Pembersihan dan Harapan Baru
Selain dianggap membawa keberuntungan, hujan juga memiliki makna simbolis yang mendalam dalam perayaan Imlek.
Air hujan diyakini dapat membersihkan segala kesialan, energi buruk, atau hambatan dari tahun sebelumnya.
Hujan dianggap sebagai "awal baru" yang membuka jalan menuju keberuntungan di tahun yang akan datang.
Baca Juga: 6 Festival Imlek Paling Meriah di Indonesia: Dari Barongsai hingga Cap Go Meh
Dalam tradisi Tionghoa, keberadaan hujan saat Imlek bahkan dianggap sebagai cara alam menyelaraskan diri dengan harapan manusia untuk keberkahan.
Proses pembersihan ini juga dimaknai sebagai bentuk penyucian jiwa, rumah, dan lingkungan.
Bagaimana Masyarakat Menyikapi Hujan Saat Imlek?
Alih-alih menganggap hujan sebagai gangguan, banyak keluarga menyambutnya dengan syukur.
Mereka percaya bahwa meski cuaca basah, perayaan Imlek tetap penuh dengan harapan, kebahagiaan, dan semangat persaudaraan.
Bahkan, beberapa ritual, seperti membersihkan rumah sebelum Imlek, semakin relevan dengan simbolisme hujan yang "membersihkan".
Hujan yang turun saat Imlek bukan sekadar fenomena alam yang kebetulan.
Selain dijelaskan secara ilmiah, hujan juga sarat dengan makna positif dalam budaya Tionghoa.
Artikel Terkait
Sejarah Perayaan Imlek yang Ternyata Hanya Terjadi di Indonesia karena Terjadinya Diskriminasi