Minggu, 21 Desember 2025

Sunyi yang Diperkuat Media: Peran Pemberitaan dalam Mencegah Bunuh Diri

Photo Author
- Kamis, 13 November 2025 | 22:05 WIB
Foto Ilustrasi - Kasus bunuh diri di Rembang 2025 meningkat. Dari pesisir Lasem hingga desa Pancur, polisi dan warga dibuat terkejut.(freepik/peoplecreations)
Foto Ilustrasi - Kasus bunuh diri di Rembang 2025 meningkat. Dari pesisir Lasem hingga desa Pancur, polisi dan warga dibuat terkejut.(freepik/peoplecreations)

Dalam cerita itu, Papageno hampir bunuh diri karena putus asa, tetapi berhasil diselamatkan setelah diajak berbicara dan menemukan harapan baru.

Secara sederhana, Papageno Effect berarti berita yang memberi harapan bisa menurunkan risiko bunuh diri.

Media yang menampilkan kisah pemulihan, perjuangan melawan stres, atau informasi layanan bantuan justru menginspirasi pembaca untuk bertahan hidup dan mencari pertolongan.

Penelitian dari Austrian Academy of Sciences (2020) menemukan bahwa liputan positif — misalnya kisah orang yang pulih dari depresi — mampu menurunkan tingkat pencarian kata “cara bunuh diri” di internet hingga 30%.

Dalam konteks lokal, media bisa menampilkan kisah warga yang berhasil bangkit setelah kehilangan pekerjaan, atau anak muda yang menemukan harapan lewat komunitas.

Narasi seperti ini membentuk Papageno Effect versi Rembang — berita yang menyalakan harapan, bukan menambah luka.

Antara Tabu dan Kurangnya Data

Di Indonesia, bunuh diri masih dianggap hal yang memalukan untuk dibicarakan. Akibatnya, banyak kasus tidak tercatat secara resmi (underreporting).

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kesenjangan besar antara data kepolisian dan catatan rumah sakit.

Beberapa daerah, termasuk Rembang, mulai memasukkan indikator sosial tentang kesehatan mental dalam survei desa, namun belum semua diberitakan secara terbuka.

Ketertutupan ini berimbas pada kesadaran publik.

Tanpa pemberitaan yang edukatif, masyarakat hanya tahu peristiwa, bukan penyebab dan cara pencegahannya.

Framing: Bahasa yang Mengubah Makna

Teori Framing menjelaskan bahwa bahasa dan sudut pandang berita memengaruhi cara orang memahami realitas.

Dalam bahasa sehari-hari, ini bisa disebut “cara media membingkai cerita”.

Contohnya, kalimat “remaja nekat mengakhiri hidup” memberi kesan moralistik dan menyalahkan korban. Sebaliknya, “remaja diduga bunuh diri akibat tekanan mental” lebih netral dan membuka ruang empati.

Begitu juga dengan visual. Menampilkan foto korban, lokasi, atau benda yang digunakan bisa memperkuat imajinasi negatif.

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X