Minggu, 21 Desember 2025

Sunyi yang Diperkuat Media: Peran Pemberitaan dalam Mencegah Bunuh Diri

Photo Author
- Kamis, 13 November 2025 | 22:05 WIB
Foto Ilustrasi - Kasus bunuh diri di Rembang 2025 meningkat. Dari pesisir Lasem hingga desa Pancur, polisi dan warga dibuat terkejut.(freepik/peoplecreations)
Foto Ilustrasi - Kasus bunuh diri di Rembang 2025 meningkat. Dari pesisir Lasem hingga desa Pancur, polisi dan warga dibuat terkejut.(freepik/peoplecreations)

Sebaliknya, menampilkan foto komunitas pendukung, layanan konseling, atau ilustrasi simbolik lebih aman dan mendidik.

Dengan framing yang tepat, media dapat mengubah tragedi menjadi pelajaran sosial.

Pedoman Pemberitaan Aman: Dari WHO dan Dewan Pers

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dewan Pers Indonesia sudah mengeluarkan panduan khusus agar media tidak memperburuk situasi.

Beberapa poin penting yang perlu dipahami redaksi dan jurnalis antara lain:

  1. Hindari menulis metode dan lokasi bunuh diri secara rinci.
  2. Jangan tampilkan foto atau video korban.
  3. Gunakan bahasa netral dan empatik, bukan menyalahkan.
  4. Cantumkan informasi layanan bantuan atau konseling.
  5. Soroti kisah pemulihan dan edukasi mental masyarakat.

Pedoman ini bukan untuk membatasi kebebasan pers, melainkan menegaskan tanggung jawab sosial media.

Seperti dokter yang menjaga pasiennya dengan kata-kata, jurnalis juga harus menjaga pembacanya dengan empati.

Langkah Nyata untuk Media dan Komunitas

Agar media lokal dan komunitas dapat berperan aktif dalam mencegah bunuh diri, beberapa langkah berikut bisa diterapkan:

  • Membuat SOP redaksi tentang peliputan isu sensitif seperti bunuh diri dan kekerasan.
  • Mengganti berita tragedi menjadi berita solusi, misalnya kisah warga yang berhasil bangkit.
  • Menambahkan nomor layanan bantuan seperti 119, atau kontak psikolog daerah, di setiap berita terkait.
  • Melatih admin media sosial dan jurnalis warga agar memahami dampak psikologis postingan mereka.
  • Berjejaring dengan dinas kesehatan, psikolog, dan lembaga sosial untuk edukasi publik.

Dengan langkah-langkah sederhana ini, media bisa berubah dari sekadar saksi tragedi menjadi bagian dari penyembuhan sosial.

Penutup: Kata-Kata yang Bisa Menyelamatkan

Bunuh diri memang persoalan kompleks—ada faktor ekonomi, sosial, dan psikologis. Namun satu hal pasti: cara kita membicarakannya bisa menentukan hidup seseorang.

Media punya kekuatan luar biasa untuk mengubah arah percakapan publik.
Ketika berita ditulis dengan empati dan harapan, ia menjadi ruang penyembuhan.

Tapi jika ditulis dengan sensasi dan tanpa konteks, ia bisa menjadi pemantik luka baru.

Karena itu, setiap kata tentang bunuh diri seharusnya ditulis dengan hati—karena di balik layar, selalu ada seseorang yang sedang mencari alasan untuk tetap hidup.

Rujukan:

  • WHO. Preventing Suicide: A Resource for Media Professionals (2023)
  • Dewan Pers. Pedoman Pemberitaan Bunuh Diri (2019)
  • Niederkrotenthaler, T. et al. BMJ (2020).
  • Data Sosial Desa/Kelurahan BPS Kabupaten Rembang (2024)

****

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X