SUARAREMBANG.COM - Musim kemarau tahun ini tidak seperti biasanya. Di Kabupaten Rembang, cuaca yang seharusnya kering justru masih diwarnai hujan deras hingga pertengahan Juni.
Kondisi ini berdampak langsung pada pertumbuhan tanaman tembakau, terutama yang ditanam di lahan sawah.
Baca Juga: Musim Kemarau Masih Basah, Pertumbuhan Tembakau di Rembang Terhambat
Plt Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Fajar Riza Dwi Sasongko, menjelaskan bahwa penanaman tembakau telah dimulai sejak Maret.
Dari total target 10.000 hektare, sekitar 70 persen lahan sudah ditanami. Dari jumlah itu, 9.000 hektare merupakan kemitraan, dan 1.000 hektare sisanya non-kemitraan.
Namun, hanya 30 persen dari tanaman yang ditanam menunjukkan pertumbuhan optimal.
Masalah utama terjadi pada lahan sawah yang tidak memiliki sistem drainase memadai.
“Yang banyak gagal ini tembakau yang ditanam di sawah. Karena sistem pembuangan airnya rata-rata belum bagus, jadi saat turun hujan deras, air tergenang cukup lama,” kata Fajar.
Ia menegaskan bahwa genangan air berhari-hari bisa merusak tanaman tembakau.
“Air jadi ngecembong (tergenang), sehingga mengakibatkan pertumbuhan tembakau terhambat. Kalau air lama menggenang dua sampai tiga hari, bisa membuat tanaman menjadi layu,” jelasnya.
Menurut BMKG, fenomena kemarau basah ini diperkirakan berlangsung hingga Agustus, bahkan bisa terus berlanjut hingga akhir tahun.
Karena itu, petani diingatkan untuk menyesuaikan strategi budidaya.
“Kami memberikan informasi kepada petani bahwa musim kemarau ini cenderung basah. Mereka perlu mengantisipasi jika tetap ingin menanam tembakau,” ujar Fajar lagi.
Dintanpan juga menekankan pentingnya pengolahan lahan agar air hujan tidak menggenangi tanaman. Selain itu, petani juga diimbau waspada terhadap cuaca ekstrem.
Artikel Terkait
Musim Kemarau Masih Basah, Pertumbuhan Tembakau di Rembang Terhambat